TEORI KURIKULUM
A. PENGERTIAN, FUNGSI, PROSES
PEMBENTUKAN TEORI DAN TUGAS SEORANG TEORITISI
PENGERTIAN TEORI :
Teori adalah :
• Satu set/sistem pernyataan yang menjelaskan
serangkaian hal
• Karakteristik pernyataan :
• Karakteristik pernyataan :
– Bersifat
memadukan
– Berisi kaidah-kaidah
umum
–
Bersifat meramalkan
• Teori
lahir dari suatu proses, menjelaskan suatu kejadian yang menunjukkan sifat
universal.
• Guna teori
(a) mendeskripsikan, (b) menjelaskan, (c) memprediksikan
Penjelasan gejala alam secara cermat sehingga kita dapat melakukan
prediksi. Bila penjelasan ini telah diuji berkali – kali dan terbukti benar,
penjelasan ini dinamakan teori. Kerlinger ( dalam Jalaludin, 2000;06 )
menyebutkan bahwa teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi, dan
proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan
menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala
tersebut.
Definisi di atas melukiskan ciri – ciri teori
ilmiah. Secara terinci teori ilmiah ditandai oleh hal –
hal berikut (dalam Jalaludin, 2000;06 ) :
1. Teori terdiri dari proporsisi – proporsisi.
Proporsisi adalah hubungan yang terbukti di antara berbagai vatiabel.
Proporsisi ini biasanya dinyatakan dalam bentuk ”jika, maka”.
2. Konsep – konsep dalam proporsisi telah dibatasi
pengertiannya secara jelas. Pembatasan konsep ini menghubungkan abstraksi
dengan dunia empiris.
3. Teori harus mungkin diuji, diterima atau ditolak
kebenarannya. Pembatasan pengertian konsep yang dipergunakan menyiratkan
kemungkinan pengujian teori.
4. Teori harus dapat melakukan prediksi. Teori
agresi dapat meramalkan bahwa bila guru selalu menghambat tingkah laku anak,
frekuensi agresi akan bertambah.
5. Teori harus dapat melahirkan proporsisi –
proporsisi tambahan yang semula tidak diduga.
FUNGSI TEORI
Ada bermacam – macam fungsi teori dari beberapa ahli. Seperti yang
diungkapkan oleh Littlejohn yang menyatakan 9 fungsi dari teori, yakni :
1. Mengorganisasikan dan menyimpulkan pengetahuan
tentang suatu hal. Ini berarti bahwa dalam mengamati realitas kita tidak boleh
melakukan secara sepotong-sepotong. Kita perlu mengorganisasikan dan
mensintesiskan hal-hal yang terjadi dalam kehidupan nyata. Pola-pola dan
hubungan-hubungan harus dapat dicari dan ditemukan. Pengetahuan yang diperoleh
dari pola atau hubungan itu kemudian disimpulkan. Hasilnya (berupa teori) akan
dapat dipakai sebagai rujukan atau dasar bagi upaya-upaya studi berikutnya.
2. Memfokuskan. Teori pada dasarnya menjelaskan
tentang sesuatu hal, bukan banyak hal.
3. Menjelaskan. Teori harus mampu membuat suatu
penjelasan tentang hal yang diamatinya. Misalnya mampu menjelaskan pola-pola
hubungan dan menginterpretasikan peristiwa-peristiwa tertentu.
4. Pengamatan. Teori tidak sekedar memberi
penjelasan, tapi juga memberikan petunjuk bagaimana cara mengamatinya, berupa
konsep-konsep operasional yang akan dijadikan patokan ketika mengamati hal-hal
rinci yang berkaitan dengan elaborasi teori.
5. Membuat predikasi. Meskipun kejadian yang
diamati berlaku pada masa lalu, namun berdasarkan data dan hasil pengamatan ini
harus dibuat suatu perkiraan tentang keadaan yang bakal terjadi apabila hal-hal
yang digambarkan oleh teori juga tercermin dalam kehidupan di masa sekarang.
Fungsi prediksi ini terutama sekali penting bagi bidang-bidang kajian
komunikasi terapan seperti persuasi dan perubahan sikap, komunikasi dalam
organisasi, dinamika kelompok kecil, periklanan, public relations dan media
massa.
6. Fungsi heuristik atau heurisme. Artinya bahwa
teori yang baik harus mampu merangsang penelitian selanjutnya. Hal ini dapat
terjadi apabila konsep dan penjelasan teori cukup jelas dan operasional
sehingga dapat dijadikan pegangan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
7. Komunikasi. Teori tidak harus menjadi monopoli
penciptanya. Teori harus dipublikasikan, didiskusikan dan terbuka terhadap
kritikan-kritikan, yang memungkinkan untuk menyempurnakan teori. Dengan cara
ini maka modifikasi dan upaya penyempurnaan teori akan dapat dilakukan.
8. Fungsi kontrol yang bersifat normatif.
Asumsi-asumsi teori dapat berkembang menjadi nilai-nilai atau norma-norma yang
dipegang dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, teori dapat berfungsi
sebagai sarana pengendali atau pengontrol tingkah laku kehidupan manusia.
9. Generatif. Fungsi ini terutama menonjol di
kalangan pendukung aliran interpretif dan kritis. Menurut aliran ini, teori
juga berfungsi sebagai sarana perubahan sosial dan kultural serta sarana untuk
menciptakan pola dan cara kehidupan yang baru.
PROSES PEMBENTUKAN TEORI
Langkah-langkah pengembangan teori menurut Faix'S ( 1964)
1. Tahap 1 Basic theory adalah suatu langkah awal yang bersifat
untung-untungan, di mana suatu teori belum dihubungkan dengan data empiris.
2. Tahap 2 Middle-Range theory meliputi hipotesis yang telah diuji dengan
pengalaman.
3. Tahap 3 General theory adalah suatu sistem teori umum atau suatu bagan
konseptual inclusive untuk menjelaskan suatu keseluruhan alam semesta.
B. PENDIDIKAN
SUATU BIDANG KEILMUAN YANG BERKAITAN DENGAN BERBAGAI TEORI.
Pendidikan
merupakan ilmu terapan (applied science) dari ilmu terutama filsafat,
psikologi, sosiologi, dan humanitas. Sebagai ilmu terapan, perkembangan teori
pendidikan berasal dari pemikiran-pemikiran filosofis-teoritis, penelitian
empiris dalam praktik pendidikan.
Boyles
(1959) menyatakan bahwa teori pendidikan di Amerika Serikat berada dalam a
state of suspended animation, penggambarannya masih tertangguhkan. Masih
memerlukan waktu yang cukup lama untuk menampilkan dengan jelas teori
pendidikan ini. Menurut Beauchamp (1975, hlm.34), teori pendidikan akan atau
dapat berkembang, tetapi perkembangannya pertama-tama dimulai pada sub-sub
teorinya. Yang menjadi sub teori dari teori pendidikan adalah teori-teori dalam
kurikulum, pengajaran, evaluasi, bimbingan konseling, dan administrasi
pendidikan.
Ada dua
kecenderungan perkembangan ilmu pendidikan. Pertama, perkembangan yang bersifat
teoritis yang merupakan pengkajian masalah-masalah pendidikan dari sudut
pandangan ilmu lain, seperti filsafat, psikologi, dan lain-lain. Kedua,
perkembangan ilmu pendidikan dari praktik pendidikan, Keduanya dapat saling membantu, melengkapi,
dan memperkaya. Dalam kenyataan, tidak selalu terjadi demikian. Hanya sedikit
hasil pengkajian teoritis yang diterapkan para pelaksana pendidikan. Sebaliknya
para pendidik di lapangan melaksanakan praktik pendidikan yang lebih didasarkan
atas kebutuhan-kebutuhan praktis, sekalipun tidak banyak dilandasi oleh
teori-teori yang kuat.
Mengenai
perbedaan teori dan praktik, Beauchamp menjelaskan : Theory by its nature is impractical. The world of practicallty is built
around clusters of specific event. The world of theory derives from
generalization law as axiomes, and theorems explaining specific events and the
relationships among them (Beauchamp, 1975, hlm.35)
Walaupun
terdapat perbedaan, keduanya tidak dapat dipisahkan. Teori menjadi pedoman bagi
praktik dan praktik memberi umpan balik bagi pengembangan teori. Sebagai ilmu
dari segi ilmu, filsafat mempunyai hubungan yang erat dengan ilmu pendidikan
dan teori pendidikan. Ada dua kategori teori yaitu teori deskriptif dan
preskriptif.
Filsafat mempunyai hubungan yang sangat erat dengan teori pendidikan.
Kebanyakan teori pendidikan yang ada, kalau tidak berlandaskan psikologi maka
bersumber pada filsafat. Filsafat khususnya filsafat pendidikan memberikan
pedoman bagi perumusan aspek-aspek pendidikan. Mendidik atau pendidikan
berkenaan dengan perbuatan-perbuatan yang tidak lepas dari nilai, atau dengan
kata lain perbuatan mendidik selalu menyangkut nilai. Teori pendidikan selalu
menyangkut tentang teori nilai, etika, yang keduanya merupakan bahasan dari bidang
filsafat. Antara keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan. John Dewey seorang ahli
filsafat pendidikan progresif, umpamanya menyatakan bahwa filsafat merupakan
teori umum dari pendidikan.
Kurikulum memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan teori pendidikan.
Suatu kurikulum disusun dengan mengacu pada satu atau beberapa teori kurikulum
dan teori kurikulum dijabarkan berdasarkan teori pendidikan tertentu. Nana S.
Sukmadinata (1997) mengemukakan 4 (empat ) teori pendidikan, yaitu : (1)
pendidikan klasik; (2) pendidikan pribadi; (3) teknologi pendidikan dan (4)
teori pendidikan interaksional.
1.
Pendidikan klasik (classical education)
Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat
klasik, seperti Perenialisme, Essensialisme, dan Eksistensialisme dan memandang
bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan
warisan budaya. Teori pendidikan ini lebih menekankan peranan isi pendidikan
dari pada proses. Isi pendidikan atau materi diambil dari khazanah ilmu
pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan para ahli tempo dulu yang telah
disusun secara logis dan sistematis. Dalam prakteknya, pendidik mempunyai
peranan besar dan lebih dominan, sedangkan peserta didik memiliki peran yang
pasif, sebagai penerima informasi dan tugas-tugas dari pendidik.
Pendidikan klasik menjadi sumber bagi pengembangan model kurikulum subjek akademis, yaitu suatu kurikulum yang bertujuan memberikan pengetahuan yang solid serta melatih peserta didik menggunakan ide-ide dan proses ”penelitian”, melalui metode ekspositori dan inkuiri.
Pendidikan klasik menjadi sumber bagi pengembangan model kurikulum subjek akademis, yaitu suatu kurikulum yang bertujuan memberikan pengetahuan yang solid serta melatih peserta didik menggunakan ide-ide dan proses ”penelitian”, melalui metode ekspositori dan inkuiri.
2.Pendidikan
pribadi (personalized education).
Teori pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa
sejak dilahirkan anak telah memiliki potensi-potensi tertentu. Pendidikan harus
dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik dengan bertolak
dari kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik menjadi
pelaku utama pendidikan, sedangkan pendidik hanya menempati posisi kedua, yang
lebih berperan sebagai pembimbing, pendorong, fasilitator dan pelayan peserta
didik.
Teori ini memiliki dua aliran yaitu pendidikan progresif dan pendidikan romantik. Pendidikan progresif dengan tokoh pendahulunya- Francis Parker dan John Dewey – memandang bahwa peserta didik merupakan satu kesatuan yang utuh. Materi pengajaran berasal dari pengalaman peserta didik sendiri yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Ia merefleksi terhadap masalah-masalah yang muncul dalam kehidupannya. Berkat refleksinya itu, ia dapat memahami dan menggunakannya bagi kehidupan. Pendidik lebih merupakan ahli dalam metodologi dan membantu perkembangan peserta didik sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya masing-masing. Pendidikan romantik berpangkal dari pemikiran-pemikiran J.J. Rouseau tentang tabula rasa, yang memandang setiap individu dalam keadaan fitrah,– memiliki nurani kejujuran, kebenaran dan ketulusan.
Teori ini memiliki dua aliran yaitu pendidikan progresif dan pendidikan romantik. Pendidikan progresif dengan tokoh pendahulunya- Francis Parker dan John Dewey – memandang bahwa peserta didik merupakan satu kesatuan yang utuh. Materi pengajaran berasal dari pengalaman peserta didik sendiri yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Ia merefleksi terhadap masalah-masalah yang muncul dalam kehidupannya. Berkat refleksinya itu, ia dapat memahami dan menggunakannya bagi kehidupan. Pendidik lebih merupakan ahli dalam metodologi dan membantu perkembangan peserta didik sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya masing-masing. Pendidikan romantik berpangkal dari pemikiran-pemikiran J.J. Rouseau tentang tabula rasa, yang memandang setiap individu dalam keadaan fitrah,– memiliki nurani kejujuran, kebenaran dan ketulusan.
Teori
pendidikan pribadi menjadi sumber bagi pengembangan model kurikulum humanis.
yaitu suatu model kurikulum yang bertujuan memperluas kesadaran diri dan
mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan dan proses aktualisasi
diri. Kurikulum humanis merupakan reaksi atas pendidikan yang lebih menekankan
pada aspek intelektual (kurikulum subjek akademis),
3.Teknologi
pendidikan,
Teknologi pendidikan yaitu suatu konsep pendidikan
yang mempunyai persamaan dengan pendidikan klasik tentang peranan pendidikan
dalam menyampaikan informasi. Namun diantara keduanya ada yang berbeda. Dalam
tekonologi pendidikan, lebih diutamakan adalah pembentukan dan penguasaan
kompetensi atau kemampuan-kemampuan praktis, bukan pengawetan dan pemeliharaan
budaya lama. Dalam konsep pendidikan teknologi, isi pendidikan dipilih oleh tim
ahli bidang-bidang khusus. Isi pendidikan berupa data-data obyektif dan
keterampilan-keterampilan yang yang mengarah kepada kemampuan vocational . Isi
disusun dalam bentuk desain program atau desain pengajaran dan disampaikan
dengan menggunakan bantuan media elektronika dan para peserta didik belajar
secara individual. Peserta didik berusaha untuk menguasai sejumlah besar bahan
dan pola-pola kegiatan secara efisien tanpa refleksi. Keterampilan-keterampilan
barunya segera digunakan dalam masyarakat. Guru berfungsi sebagai direktur
belajar (director of learning), lebih banyak tugas-tugas pengelolaan
dari pada penyampaian dan pendalaman bahan.
Teknologi pendidikan menjadi sumber untuk pengembangan model kurikulum teknologis, yaitu model kurikulum yang bertujuan memberikan penguasaan kompetensi bagi para peserta didik, melalui metode pembelajaran individual, media buku atau pun elektronik, sehingga mereka dapat menguasai keterampilan-keterampilan dasar tertentu.
Teknologi pendidikan menjadi sumber untuk pengembangan model kurikulum teknologis, yaitu model kurikulum yang bertujuan memberikan penguasaan kompetensi bagi para peserta didik, melalui metode pembelajaran individual, media buku atau pun elektronik, sehingga mereka dapat menguasai keterampilan-keterampilan dasar tertentu.
4.Pendidikan
interaksional,
Pendidikan interaksional yaitu suatu konsep
pendidikan yang bertitik tolak dari pemikiran manusia sebagai makhluk sosial
yang senantiasa berinteraksi dan bekerja sama dengan manusia lainnya.
Pendidikan sebagai salah satu bentuk kehidupan juga berintikan kerja sama dan
interaksi. Dalam pendidikan interaksional menekankan interaksi dua pihak dari
guru kepada peserta didik dan dari peserta didik kepada guru. Lebih dari itu,
interaksi ini juga terjadi antara peserta didik dengan materi pembelajaran dan
dengan lingkungan, antara pemikiran manusia dengan lingkungannya. Interaksi ini
terjadi melalui berbagai bentuk dialog. Dalam pendidikan interaksional, belajar
lebih sekedar mempelajari fakta-fakta. Peserta didik mengadakan pemahaman
eksperimental dari fakta-fakta tersebut, memberikan interpretasi yang bersifat
menyeluruh serta memahaminya dalam konteks kehidupan. Filsafat yang melandasi
pendidikan interaksional yaitu filsafat rekonstruksi sosial.
Pendidikan interaksional menjadi sumber untuk pengembangan model kurikulum rekonstruksi sosial, yaitu model kurikulum yang memiliki tujuan utama menghadapkan para peserta didik pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi manusia. Peserta didik didorong untuk mempunyai pengetahuan yang cukup tentang masalah-masalah sosial yang mendesak (crucial) dan bekerja sama untuk memecahkannya.
Pendidikan interaksional menjadi sumber untuk pengembangan model kurikulum rekonstruksi sosial, yaitu model kurikulum yang memiliki tujuan utama menghadapkan para peserta didik pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi manusia. Peserta didik didorong untuk mempunyai pengetahuan yang cukup tentang masalah-masalah sosial yang mendesak (crucial) dan bekerja sama untuk memecahkannya.
C. POSISI TEORI KURIKULUM DALAM KONTEKS
TEORI PENDIDIKAN
Istilah kurikulum (curriculum) berasal dari kata
curir (pelari) dan curere (tempat berpacu), dan pada awalnya digunakan dalam
dunia olahraga. Pada saat itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari
mulai dari start sampai finish untuk memperoleh medali/penghargaan. Kemudian,
pengertian tersebut diterapkan dalam dunia pendidikan menjadi sejumlah mata
pelajaran (subject) yang harus ditempuh oleh seorang siswa dari awal sampai
akhir program pelajaran untuk memperoleh penghargaan dalam bentuk ijazah.
Berdasarkan pengertian di atas, dalam kurikulum
terkandung dua hal pokok, yaitu : (1) adanya mata pelajaran yang harus ditempuh
oleh siswa, dan (2) tujuan utamanya yaitu untuk memperoleh ijazah. Dengan
demikian implikasinya terhadap praktik pengajaran, yaitu setiap siswa harus
menguasai seluruh mata pelajaran yang diberikan dan menempatkan guru dalam
posisi yang sangat penting dan menentukan. Keberhasilan siswa ditentukan oleh
seberapa jauh mata pelajaran tersebut dikuasainya dan biasanya disimbolkan
dengan skor yang diperoleh setelah mengikuti suatu tes atau ujian.
Pengertian kurikulum seperti yang tertera di atas
dianggap terlalu sempit atau sangat sederhana, banyak lagi pengertian yang
lebih luas yang dapat kita temukan dari berbagai literatur yang ada. Istilah
kurikulum pada dasarnya tidak hanya terbatas pada sejumlah mata pelajaran saja,
tetapi mencakup semua pengalaman belajar (learning experiences) yang dialami
siswa dan memengaruhi perkembangan pribadinya. Bahkan Harold B. Alberty (1965)
memandang kurikulum sebagai semua kegiatan yang diberikan kepada siswa di bawah
tanggung jawab sekolah (all of the activities that are provided for students by
the school). Sehingga kurikulum tidak dibatasi pada kegiatan di dalam kelas,
tetapi mencakup juga kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa di luar kelas.
Pendapat senada dan menguatkan pengertian tersebut
dikemukan oleh Saylor, Alexabder, dan Lewis (1974), yang menganggap kurikulum
sebagai upaya sekolah untuk memengaruhi siswa supaya belajar, baik dalam
ruangan kelas, di halaman sekolah, maupun di luar sekolah. selanjutnya,
berdasarkan hasil pengumpulan informasi tentang kata kurikulum tahun 1916-1982
diperoleh beberapa pernyataan yang dapat dikembangkan sebagai definisi dari
kurikulum.
D. KONSEP
KURIKULUM MENURUT TEORI KURIKULUM
Kurikulum
adalah suatu rencana, suatu program yang diharapkan, atau tentang kebutuhan
yang diperlukan selama studi berlangsung. Kurikulum mengacu pada suatu rencana
tertulis yang menguraikan apa yang akan dipelajari para siswa. Kurikulum adalah
suatu metode dan pengetahuan yang ditentukan yang dapat dikomunikasikan.
Kurikulum harus dapat diwujudkan dalam kelas riil, misalnya kurikulum yang
berbasis pada pengalaman para siswa di bawah bimbingan para guru. Kurikulum
menjadi rencana yang dibuat untuk memandu pelajaran didalam sekolah tersebut,
yang pada umumnya dalam bentuk dokumen yang retrievable serta
aktualisasi semua rencana tersebut didalam kelas.
Beberapa
poin yang perlu ditekankan dalam definisi tersebut. Pertama, istilah
kurikulum meliputi kedua-duanya (rencana yang dibuat untuk pelajaran dan
pengalaman pelajaran yang nyata disajikan). Kedua, kurikulum merupakan retrievable
document, yang denotasinya meliputi kurikulum berbasis perangkat lunak
komputer maupun internet, juga yang merupakan hasil perumusan kebijakan
kurikulum, seperti yang lebih spesifik adalah rencana pelaksanaan pembelajaran.
.Ketiga, definisi kurikulum mencakup dua dimensi dari aktualisasi
kurikulum, yaitu kurikulum sebagai pengalaman dan kurikulum yang dapat diamati.
Teori
kurikulum adalah :
Suatu perangkat pernyataan yang memberikan makna
terhadap kurikulum sekolah; makna tersebut terjadi karena adanya penegasan
hubungan antara unsur-unsur kurikulum, karena adanya petunjuk perkembangan, penggunaan
dan evaluasi kurikulum.
Teori kurikulum sangat penting bagi para ahli dan
praktisi, sebab teori ini menyediakan seperangkat konseptual untuk penelitian
proposal kurikulum, mampu menjelaskan praktek, dan memandu perubahan Suatu
teori kurikulum adalah seperangkat konsep bidang pendidikan yang sistematis
yang memperjelas gejala/ aspek kurikulum.
Penggolongan menurut McNeil (1985) yaitu kurikulum sederhana/ mudah dan
kurikulum kompleks/ sulit. Pinar (1978) menggolongkan teori kurikulum menjadi
3, yaitu Aliran Tradisional. Tyler memandang kurikulum sebagai kelas,
guru, kursus, unit, pelajaran, dan sebagainya. Hirsch memasukkan konsep
pengetahuan dasar dan budaya literasi dalam kurikulum sekolah. Aliran
Empirisme Konseptual terfokus pada metodologi riset dari ilmu-ilmu eksakta
dan mencoba untuk menghasilkan penyamarataan yang akan memungkinkan pendidik
untuk mengendalikan dan meramalkan apa yang terjadi di sekolah. Aliran
Rekonseptualis, menekankan kesubyektipan, pengalaman eksistensial, dan seni
penafsiran dalam rangka mengungkapkan konflik kelas dan hubungan kekuasaan yang
berbeda yang ada dalam masyarakat yang lebih besar.
Eisner dan Vallance (1974) menggolongkan teori kurikulum kedalam 5
konsepsi. (1) Kurikulum yang berorientasi pada aspek kognitif, terkait
dengan pengembangan intelektual.(2) Kurikulum yang berbasis teknologi, dalam
hal ini fungsi kurikulum terutama adalah untuk menemukan alat-alat efisien.(3)
Kurikulum yang berorientasi pada aktualisasi diri, memandang kurikulum sebagai
pengalaman yang didesain untuk menghasilkan pertumbuhan pribadi.(4) Kurikulum
yang berorientasi pada rekonstruksi social, menekankan pada kebutuhan
bermasyarakat.(5) Kurikulum berorientasi pada rasionalisme akademis, menekankan
pentingnya standard disiplin dalam membantu yang muda berpartisipasi dalam
tradisi kultural barat.
Huenecke'S (1982) menggolongkan 4 jenis teori kurikulum, yaitu (1) Teori
yang berorientasi pada structural, menganalisis komponen kurikulum dan hubungan
timbal balik antarkomponen. (2) Teori yang berorientasi pada nilai,
mengutamakan analisis nilai dan asumsi dari pembuatan kurikulum serta produk
yang dihasilkan oleh para pembuat kurikulum. (3) Teori yang berorientasi pada
isi, berkonsentrasi pada isi dari kurikulum.(4) Teori yang berorientasi pada
proses, berkonsentrasi pada bagaimana kurikulum dikembangkan.
JENIS
KURIKULUM
- Kurikulum Yang Direkomendasikan
Kurikulum yang direkomendasikan oleh sarjana
individu, asosiasi profesional, komisi pengawas dan pembuat kebijakan.
Dirumuskan lebih umum. Fungsinya lebih ke rekomendasi tentang kebutuhan dan
kebijakan, serta mempromosikan hak kekayaan dan keunggulan intelektual mereka
untuk semua siswa. Poin yang perlu dipertimbangkan bahwa standar bukanlah suatu
kurikulum nasional. Standar adalah suatu usaha untuk menggambarkan apa yang
para siswa harus bisa mengetahui dan lakukan. Standard dapat dijumpai melalui
suatu variasi strategi dan gaya pengajaran.
- Kurikulum Yang Tertulis
Merupakan kurikulum formal, kurikulum yang
diharapkan terutama semata-mata untuk memastikan bahwa hasil akhir dari sistem
bidang pendidikan sedang terpenuhi. Dirumuskan secara lebih spesifik dan
menyeluruh dibanding kurikulum yang direkomendasikan, menandakan suatu dasar
pemikiran yang mendukung kurikulum, hasil akhir yang harus tercapai, sasaran
khusus untuk dikuasai, urutan dimana sasaran hasil itu harus dipelajari, dan
macam aktivitas pelajaran yang harus digunakan.
- Kurikulum Yang Didukung
Kurikulum yang direfleksikan dan dibentuk oleh
sumber daya
yang dialokasikan untuk mendukung kurikulum
tersebut, yaitu alokasi waktu, alokasi personil , buku teks, dan materi
pelajaran.
- Kurikulum Yang Diajarkan
Kurikulum yang diajarkan merupakan bentuk transfer/
pengiriman isi kurikulum, sebuah kurikulum yang oleh seorang pengamat dilihat
sebagai aksi guru mengajar. Dalam hal ini guru harus berpikir, merencanakan,
dan membuat keputusan. Keputusan guru tentang kurikulum adalah suatu produk
dari banyak variabel saling berinteraksi.
- Kurikulum Yang Diuji
Merupakan satuan pelajaran yang ditaksir dalam tes
kelas yang dibuat oleh guru dan distandardisasi. Tes yang dibuat harus
disesuaikan dengan apa yang diajarkan. Komponen kurikulum menentukan ketepatan
antara apa yang diajar dan apa yang dipelajari.
- Kurikulum Yang Dipelajari
Istilah kurikulum yang dipelajari digunakan untuk
menandakan semua perubahan dalam nilai-nilai, persepsi, dan perilaku yang
terjadi sebagai hasil pengalaman sekolah.
KOMPONEN
KURIKULUM
Meliputi
hasil akhir kurikulum, kebijakan kurikulum, bidang studi, program studi, bahan
pengajaran, unit studi, pelajaran.
E. PERKEMBANGAN
TEORI KURIKULUM SEMENJAK AWALNYA SAMPAI SAAT INI
PERKEMBANGAN
TEORI KURIKULUM
1. Franklin Bobbit : kehidupan manusia terbentuk oleh
sejumlah kecakapan, diperoleh melalui pendidikan yakni penguasaan
pengetahuan, TUJUAN Kurikulum.àketerampilan, sikap, kebiasaan, apresiasi Keseluruhan tujuan & pengalaman menjadi
bahan kajian teori kurikulum
2. 1920 : pengaruh pendidikan progresif berkembang gerakan
pendidikan yang berpusat pada anak. Isi kurikulum didasarkan pada minat &
kebutuhan siswa
3. kurikulum interaktif yang menekankan pada
partisipasi guruàCaswell :
konsep kurikulum yang berpusat pada masyarakat
4. 1947: dirumuskan 3 tugas teori kurikulum :
–
Identifikasi masalah yang muncul dalam pengembangan kurikulum
– Menghubungkan masalah dengan struktur yang mendukungnya
– Meramalkan pendekatan di masa yang akan datang
– Menghubungkan masalah dengan struktur yang mendukungnya
– Meramalkan pendekatan di masa yang akan datang
5. Ralph W Tyler : 4 pertanyaan pokok inti kajian
kurikulum :
• Tujuan
•
Pengalaman pendidikan
•
Organisasi pengalaman
•
Evaluasi
6. 1963 : Beauchamp : teori kurikulum berhubungan erat
dengan teori-teori lain
7. Othanel Smith : sumbangan filsafat terhadap teori
kurikulum (perumusan tujuan & penyusunan bahan)
8. Mc Donald (1964) : 4 sistem dalam persekolahan
yakni kurikulum, pengajaran, mengajar, belajar
9. Beauchamp (1960 – 1965) : 6 komponen kurikulum
sebagai bidang studi (1) landasan kurikulum, (2) isi kurikulum, (3) disain
kurikulum, (4) rekayasa kurikulum, (5) evaluasi kurikulum, (6) penelitian dan
pengembangan
10. Mauritz Johnson (1967) : membedakan kurikulum
(tujuan) dengan proses pengembangan kurikulum. Pengalaman belajar merupakan
bagian dari pengajaran
F. BAHASAN
DALAM TEORI KURIKULUM
Dengan bertambahnya tanggung jawab sekolah timbulah berbagai macam
definisi kurikulum, sehingga semakin sukar memastikan apakah sebenarnya
kurikulum itu. Akhirnya setiap pendidikan, setiap guru harus menentukan
sendiri apakah kurikulum itu bagi dirinya. Pengertian yang dianut oleh
seseorang akan mempengaruhi kegiatan belajar mengajar dalam kelas maupun diluar
kelas.
Dibawah
ini beberapa kurikulum menurut beberapa kurikulum menurut beberapa ahli
kurikulum.
1. J. Galen Taylor dan William M. Alexander dalam buku
curriculum planning for better teaching and learning (1956). Menjelaskan arti
kurikulum sebagai berikut “segala usaha untuk mempengaruhi anak belajar, apakah
dalam ruang kelas, di halaman sekolah atau diluar sekolah termasuk kurikulum. Kurikulum
meliputi juga apa yang disebut kegiatan extra kurikuler
2. Harold B. Albertycs. Dalam reorganizing the high
school curriculum (1965). Memandang kurikulum sebagai “all school”. Seperti
halnya dengan definisi saylor dan Alexander, kurikulum tidak terbatas pada mata
pelajaran akan tetapi juga meliputi kegiatan-kegiatan lain, di dalam dan diluar
kelas, yang berada dibawah tanggung jawab sekolah.
3. B. Othanel Smith, w.o. Stanley, dan J. Harjan
Shores. Memandang kurikulum sebagai “a sequence of potential experience set up
in the school for the purpose of diseliping ehildren and youth in group ways of
thinking and acthing”. Mereka melihat kurikulum sebagai sejumlah pengalaman
yang secara potensial dapat diberikan kepada anak dan pemuda, agar mereka
dapat berfikir dan berbuat sesuai dengan masyarakatnya.
4. William
B Ragan, dalam buku modern elementary curriculum (1966) menjelaskan arti
kurikulum sebagai berikut:
Ragan menggunakan kurikulum dalam arti luas, yang
meliputi seluruh program dan kehidupan dalam sekolah, yakni segala pengalaman
anak dibawah tanggung jawab sekolah.
Kurikulum tidak hanya meliputi bahan pelajaran
tetapi meliputi seluruh kehidupan dalam kelas. Jadi hubungan social antara guru
dan murid, metode pembelajaran, cara mengevaluasi termasuk kurikulum.
5. J.
Lloyd Trump dan Dalmes F. Miller dalam bukunya secondary school improfement
(1973). Juga menganut definisi kurikulum yang luas, menurut mereka dalam
kurikulum juga termasuk metode mengajar dan belajar, cara mengevaluasi murid
dan seluruh program, perubahan tenaga mengajar, bimbingan dan penyuluhan,
supervise dan administrasi dan hal-hal structural mengenai waktu, jumlah
ruangan serta kemungkinan memilih mata pelajaran.
6. Alice
Miel juga menganut pendirian yang luas mengenai kurikulum. Dalam bukunya
changing the curriculum : a social process (1946) ia mengemukakan bahwa
kurikulum juga meliputi keadaan gedung, suasana sekolah, keinginan, keyakinan,
pengetahuan dan sikap orang-orang melayani dan dilayani sekolah, yakni anak
didik, masyarakat, para pendidik, dan personalia. Definisi Miel tentang
kurikulum sangat luas yang mencakup yang meliputi bukan hanya
pengetahuan, kecakapan, kebiasaan-kebiasaan, sikap, aspirasi, cita-cita serta
norma-norma melainkan juga pribadi guru, kepala sekolah serta seluruh pegawai
sekolah.
7. Edward
A, Krug dalam secondary school curriculum (1960) menunjukan pendirian yang
terbatas tapi realities tentang kurikulum, kurikulum dilihatnya sebagai
cita-cita dan usaha untuk mencapai tujuan persekolahan. Ia membedakan tugas
sekolah mengenai perkembangan anak dan tanggung jawab lembaga pendidikan
lainnya seperti rumah tangga, lembaga agama, masyarakat, dan lain-lainnya.
Berbagai tafsiran tentang kurikulum dapat kita tinjau dari segi lain,
sehingga kita peroleh penggolongan sebagai bertikut:
a. Kurikulum dapat dilihat sebagai produk, yakni
sebagai hasil karya para pengembangan kurikulum, biasanya dalam suatu panitia.
b. Kurikulum yang pula dipandang sebagai program,
yakni alat yang dilakukan oleh sekolah untuk mencapai tujuannya.
c. Kurikulum dapat pula dipamdang sebagai hal-hal yang
diharapkan akan dipelajari siswa, yakni pengetahuan, sikap, keterampilan
tertentu.
d. Kurikulum sebagai pengalaman siswa. Ketiga
pandangan di atas berkenaan dengan perencanaan kurikulum sedangkan pandangan
ini mengenai apa yang secara actual menjadi kenyataan pada setial siswa.
Program
Kurikulum Pendidikan
1.
Rencana Pelajaran 1947
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan
memakai istilah leer plan. Dalam bahasa Belanda, artinya rencana pelajaran,
lebih popular ketimbang curriculum (bahasa Inggris). Perubahan kisi-kisi pendidikan
lebih bersifat politis: dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan
nasional. Asas pendidikan ditetapkan Pancasila.
Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan
sekolah-sekolah pada 1950. Sejumlah kalangan menyebut sejarah perkembangan
kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua hal pokok: daftar
mata pelajaran dan jam pengajarannya, plus garis-garis besar pengajaran.
Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran. Yang diutamakan
pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat, materi pelajaran
dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan
pendidikan jasmani.
2.
Rencana Pelajaran Terurai 1952
Kurikulum
ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran Terurai
1952. “Silabus mata pelajarannya jelas sekali. seorang guru mengajar satu mata
pelajaran,” kata Djauzak Ahmad, Direktur Pendidikan Dasar Depdiknas periode
1991-1995. Ketika itu, di usia 16 tahun Djauzak adalah guru SD Tambelan dan
Tanjung Pinang, Riau.
Di
penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964 atau Kurikulum
1964. Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral
(Pancawardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang
studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan
jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan
fungsional praktis.
3.
Kurikulum 1968
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis:
mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama.
Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan
pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9.
Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum
bulat. “Hanya memuat mata pelajaran pokok-pokok saja,” katanya. Muatan materi
pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan permasalahan faktual di
lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa
di setiap jenjang pendidikan.
4.
Kurikulum 1975
Kurikulum
1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. “Yang
melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO
(management by objective) yang terkenal saat itu,” kata Drs. Mudjito, Ak, MSi,
Direktur Pembinaan TK dan SD Depdiknas.
Metode,
materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan pelajaran”, yaitu
rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi:
petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat
pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak
dikritik. Guru dibikin sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap
kegiatan pembelajaran.
5.
Kurikulum 1984
Kurikulum
1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses,
tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum
1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari
mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini
disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).
Tokoh
penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan,
Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986 yang juga Rektor IKIP
Jakarta — sekarang Universitas Negeri Jakarta — periode 1984-1992. Konsep CBSA
yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang
diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara
nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang
terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di
sana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model
berceramah. Penolakan CBSA bermunculan.
6.
Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
Kurikulum
1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya.
“Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum 1984,
antara pendekatan proses,” kata Mudjito menjelaskan.
Sayang,
perpaduan tujuan dan proses belum berhasil. Kritik bertebaran, lantaran beban
belajar siswa dinilai terlalu berat. Dari muatan nasional hingga lokal. Materi
muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa
daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan
kelompok-kelompok masyarakat juga mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam
kurikulum. Walhasil, Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat.
Kejatuhan rezim Soeharto pada 1998, diikuti kehadiran Suplemen Kurikulum 1999.
Tapi perubahannya lebih pada menambal sejumlah materi.
7.
Kurikulum 2004
Bahasa
kerennya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Setiap pelajaran diurai berdasar
kompetensi apakah yang mesti dicapai siswa. Sayangnya, kerancuan muncul bila
dikaitkan dengan alat ukur kompetensi siswa, yakni ujian. Ujian akhir sekolah
maupun nasional masih berupa soal pilihan ganda. Bila target kompetensi yang
ingin dicapai, evaluasinya tentu lebih banyak pada praktik atau soal uraian
yang mampu mengukur seberapa besar pemahaman dan kompetensi siswa.
Meski
baru diujicobakan, toh di sejumlah sekolah kota-kota di Pulau Jawa, dan kota
besar di luar Pulau Jawa telah menerapkan KBK. Hasilnya tak memuaskan.
Guru-guru pun tak paham betul apa sebenarnya kompetensi yang diinginkan pembuat
kurikulum. (sumber: depdiknas.go.id)
8. KTSP
2006
Awal 2006
ujicoba KBK dihentikan. Muncullah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Pelajaran KTSP masih tersendat. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian
target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak
perbedaan dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru
lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan
lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan
karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan
kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan
telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Jadi pengambangan
perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian merupakan
kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan supervisi
pemerintah Kabupaten/Kota. (TIAR).
Konsep
Kurikulum
Konsep
kurikulum yakni: kurikulum Humanistik, kurikulum rekontruksi sosial kurikulum
teknologi, dan kurikulum subyek akademis.
Tetapi
pada pembahasan ini lebih ditonjolkan pada pembahasan kurikulum humanistik dan rekontruksi
sosial.
1.
Kurikulum Humanistik
Kurikulum
Humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistic. Kurikulum ini
berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi. Dalam pandangan humanisme,
kurikulum sebagai sesuatu yang dapat menunjang perkembangan anak dalam aspek
memenuhi kebutuhan individu untuk mencapai integrafi perkembangan dalam menuju
aktualisasi diri.
Kurikulum
Humanistik menitik beratkan pada pendidikan yang integrative antara aspek
afektif (emosi, sikap, dan nilai) dengan aspek kognitif (pengetahuan dan
kecakapan intelektual) atau menambah aspek emosional ke dalam kurikulum yang
berorientasi pada subyek metter (mata pelajaran). Pendidikan humanistic
menekankan peranan siswa. Tugas guru adalah menciptakan situasi yang permisif
dan mendorong siswa untuk mencari dan mengembangkan pemecahan sendir atau
bagaimana merasakan atua bersikap terhadap sesuatu.
Aliran
yang termasuk dalam pendidikan humanistic yaitu pendidikan konfluen, kritikisme
radikal dan mistikisme modern.
a. Pendidikan
konfluen
Pendidikan
yang memandang anak sebagai satu keseluruhan diri. Pendidikan konfluen kurang
menekankan pengetahuan yang mengandung segi efektif. Menurut mereka kurikulum
tidak menyiapkan pendidikan tentang sikap perasaan dan nilai yang harus
dimiliki murid.
- Ciri-ciri kurikulum konkluen:
1.
Partisipasi => partisipasi dalam belajar
2.
Integrasi => interaksi dari pemikiran perasaan dan juga tindakan
3.
Relavansi => keterkaitan
4.
pribadi anak (self) => memberi tempat utama pada anak
5.
Tujuan => mengembangkan pribadi yang utuh yang serasi baik di dalam dirinya
maupun dengan lingkungannya.
Kurikulum
konfluen menyatukan pengetahuan abyektif dan subyektif berhubungan dengan
kehidupan siswa dan bermanfaat baik bagi individu maupun masyarakat.
- Metode-metode belajar konfluen
Dalam
kurikulum konfluen telah disusun kurikulum untuk berbagai bidang pengajaran
mencakup tujuan, topic yang akan dipelajari, alat-alat pelajaran dan buku teks
yang tersusun dalam bentuk rencana-rencana pelajaran. Unit-unit pelajaran yang
telah dujicobakan kebanyakkan bahan ini dengan teknik afektif.
Teknik
kofluen di antaranya: dyads yang merupakan latihan komunikasi afektif antara 2
orang, fantasi body trips merupakan pemahaman tentang badan dan diri individu,
ritual, suatu kegiatan untuk menciptakan kebiasaan, kegiatan/ritual baru.
b. Pendidikan
kritikisme radikal
Pendidikan
sebagai upaya untuk membantu anak mengembangkan sendiri potensi yang dimiliki.
Bersumber dari aliran naturalisme/ romantisme rousseau.
Dalam pendidikan
ini tidak ada pemaksaan yang ada adalah dorongan dan rangsangan untuk
berkembang.
c. Mistikisme
modern
Aliran
yang menekankan pada latihan dan pengembangan kepekaan perasaan, kehalusan budi
pekerti melalui sensitivity training, yoga, dan meditasi.
Karakteristik
Kurikulum Humanistik
a. Tujuan
Fungsi kurikulum memberikan pengalaman kepada
setiap siswa untuk menunjang secara intrinsik tercapainya perkembangan dan
kemerolekaan pribadi.
Tujuan pendidikan sebagai proses dinamika pribadi
yang berhubungan dengan integrasi dan otonomi pribadi yang ideal. Aktualisasi
diri merupakan inti kurikulum humanistik, artinya perwujudan diri yang ideal
sebagai suatu kebutuhan.
b. Metode
Kurikulum
humanistic menuntut hubungan emosiaonal antara guru dengan anak didik melalui
suasana belajar yang menyenangkan. Materi pelajaran hendaknya merangsang anak
belajar sedangkan guru mendorong para siswa untuk saling mempercayai dalam
proses.
c. Organisasi
Salah satu kekuatan besar kurikulum humanistik
adalah terletak dalam integrasi, yang artinya pencapaian kesatuan tingkah laku
anak didik baik emosi pikiran dan tindakan. Organisasi bertujuan untuk
mengatasi kelemahan kurikulum tradisional yang berorientasi pada materi yang
gagal dalam menghubungankan psikologi anak.
d. Evaluasi
Kurikulum konvensional bertujuan sebagai kriteria
hasil belajar. Kurikulum humanistik lebih mengutamakan proses dari pada hasil
artinya apakah aktifitas belajar yang dapat membantu anak didik menjadi manusia
yang lebih terbuka dan mandiri.
Kurikulum
Rekontruksi Sosial
Kurikulum
rekontruksi sosial lebih memusatkan perhatian pada problema-problema yang
dihadapinya dalam masyarakat. Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan
interaksional. Menurut mereka pendidikan bukan upaya sendiri melainkan,
kegiatan bersama, interaksi, kerjasama, kerjasama. Kerjasama atau interaksi
bukan hanya terjadi antara siswa dengan guru tetap juga antara siswa dengan
siswa, siswa dengan orang dilingkungannya dan dengan sumber belajar lainnya.
Melalui kerjasama dan interaksi ini siswa berusa memecahkan problema-problema
yang dihadapinya dalam masyarakat menuju masyarakat yang lebih baik.
Para ahli
rekontruksi sosial memandang kurikulum harus mampu menolong membantu siswa
untuk menyesuaikan diri dengan masyarakatnya dengan ketrampilan-ketrampilan
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan dan perubahan sosial. Kurikulum ini lebih
menekankan kepentingan individu dalam perubahan sosial.
Mereka
ingin menyakinkan murid-murid bagaimana masyarakat memuat warganya seperti yang
ada sekarang dan bagaimana masyarakat memenuhi kebutuhan pribadi warganya
melalui kosensus sosial. Perubahan sosial tersebut harus dicapai melalui
prosedur demokrasi.
Para
rekontruksianis sosial menentan intimidasi, menakut-nakuti dan kompromi semu.
Mereka mendorong agar para siswa mempunyai pengetahuan yang cukup tentang
masalah-masalah sosial yang mendesak dan kerja sama atau bergotong royong untuk
memecahkannya.
a. Desain
kurikulum rekontruksi sosial
Ada
beberapa ciri desain kurikulum:
1) Asumsi
Tujuan utama
kurikulum rekontruksi sosial adalah menhadapkan para siswa pada tantangan,
ancaman hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi manusia.
Tantangan-tantangan, ancaman-ancaman tersebut yang perlu didekati dalam bidang
ekonomi, sosiologi psikologi dan lain-lain.
2) Masalah-masalah
sosial yang mendesak
Merupakan
pemusatan kegiatan belajar yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan. Misalnya,
dapatkah kehidupan seperti sekarang ini memberikan kekuatan untuk menghadapi
ancaman-ancaman yang akan mengganggu integritas kemanusiaan?
Pertanyaan
tersebut mengundang pengungkapan lebih mendalam bukan saja dibuku-buku
melainkan yang dari kehidupan nyata dalam masyarakat.
3) Pola-pola
organisasi
Pada
tingkat sekolah menengah pola organisasi kurikulum disusun seperti sebuah roda.
Ditengahnya merupakan masalah yang menjadi tema utama dan dibahas secara pleno.
Dari tema dijabarkan sejumlah topik yang dibahas dalam diskusi.
b. Karakteristik
Kurikulum Rekontruksi Sosial
1) Tujuan
Tujuan
utama kurikulum ini adalah untuk menghadapkan anak didik dengan
tantangan-tantangan hidup yang dihadapi manusia.
Isi
kurikulum diharapkan memberikan bekal kepada anak didik agar mampu menghadapi
tantangan kemanusiaan.
2) Metode
Guru
dapat membantu anak didiknya untuk menemukan minatnya dan para membuat
kurikulum menghubungkan tujuan nasional/tujuan dunia dengan tujuan anak didik.
Dengan
begitu, anak didik dapat menggunakan minatnya untuk memecahkan masalah-masalah
sosial.
3) Evaluasi
Ditujukan
kepada penilaiana terhadap kecakapan anak-anak didik dalam menghadapi
tujuan-tujuan kualitatif kurikulum rekontruksi sosial. Bentuk evaluasi yang
lebih ketat yakni ujian komprehansip yang diadakan akhirnya tahun ajaran yang
bertujuan untuk mensistensakan dan melihat keseluruhan pengetahuan, ketrampilan
dan sikap selama masih belajar.
4) Pelaksanaan
pengajaran rekontruksi sosial
Dilaksanakan
di daerah-daerah yang tergolong belum maju dan tingkat ekonominya juga belum
tinggi. Pelaksanaan pengajaran ini diarahakan untuk meningkatkan kondisi kehidupan
mereka. Sesuai dengan pontensi yang ada dalam masyarakat, sekolah mempelajari
potensi-potensi tersebut dengan bantuan biaya dari pemerintah sekolah berusaha
mengembangkan potensi tersebut.
Para ahli
kurikulum menyarankan agar isi kurikulum difokuskan pada penggalian-penggalian
sumber-sumber alam dan bukan alam, populasi kesejahteraan masyarakat dan
lain-lain.
Kurikulum
Tradisional Atau Progresif
Menjalankan
kurikulum tradisional atau progresif akan banyak mendapat tantangan, antara
lain dari pihak guru yang dikenal karena sikap koservatifnya, juga orang tua
yang mengecap pendidikan tradisional dan merasakan manfaatnya.
Menganut
kurikulum tradisional berpegang pada kurikulum yang di dasarkan atas subyek
atau mata pelajaran yang biasanya diberikan secara terpisah-pisah. Bahan mata
pelajaran di ambil dari berbagai disiplin ilmu yang dibina dan senantiasa
dikembangkan para ilmuwan dank arena itu mendapat penghargaan tinggi dari
masyarakat.
Penganut
kurikulum progresif atau modern tidak menolak ilmu, akan tetapi tidak
dipelajari demi ilmu itu sendiri, akan tetapi untuk dipergunakan dalam
memecahkan suatu masalah. Sambil memecahkan masalah siswa mengumpulkan ilmu
yang diperlukan.
Kurikulum
tradisional menyamaratakan semua siswa baik mengenai bahan, metode
belajar-mengajar, maupun evaluasi. Kurikulum progresif memperhatikan bahkan
membantu perkembangan keunikan individu. Kurikulum tradisional menerima
kenyataan dalam masyarakat sebagaimana adanya, sedangkan kurikulum progresif
berusaha untuk mengubah lingkungan untuk membentuk dunia yang lebih baik.
G. HAL-HAL YANG
DIJADIKAN SUMBER DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM
Sumber / landasan inti penyusunan kurikulum :
• Bertolak dari kehidupan dan pekerjaan orang tua
• Menjadi luas, meliputi semua unsur kebudayaan
• Bersumber pada anak : kebutuhan, perkembangan,
dan minat
• Berdasarkan pengalaman kurikulum yang sebelumnya
• Nilai (value)
• Kekuasaan sosial & politik
Sub Teori
Kurikulum :
• Disain
Kurikulum
Merupakan
pengorganisasian tujuan, isi, serta proses belajar. Dimensi penting yakni (a)
substansi, dan (b) model pengorganisasian (bagaimana penggunaan kurikulum dan
bagaimana kurikulum di evaluasi)
•
Rekayasa Kurikulum
Proses
memfungsikan kurikulum di sekolah / upaya agar kurikulum berfungsi
– Bidang
pelaksanaan proses rekayasa
–
Keterlibatan personal dalam proses pelaksanaan kurikulum
– Tugas
dan prosedur perencanaan kurikulum
– Tugas
dan prosedur pelaksanaan
– Tugas
dan prosedur evaluasi
prinsip dalam pengembangan teori kurikulum
• dimulai dengan perumusan / pendefinisian
• mempunyai kejelasan nilai & sumber pangkal
tolaknya
• menjelaskan karakteristik disain kurikulum
• menggambarkan proses penentuan kurikulum &
interaksi antara proses
• menyiapkan diri bagi proses penyempurnaan
KTSP JIKA
DITINJAU DARI CURRICULUM THEORY DAN THE NATURE OF CURRICULUM
Landasan Yuridis KTSP
- UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
- PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
- Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
- Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
- Permendiknas No. 24 Tahun 2006 dan Permendiknas No. 6 Tahun 2007 tentang pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan 23 Tahun 2006
Argumentasinya
bahwa
- Dilihat dari mekanisme penyusunannya, KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun secara sistematis dan terperinci yang meliputi penyiapan dan penyusunan draft, review dan revisi, serta finalisasi, serta dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. KTSP. Adapun mekanisme penyusunan KTSP terlihat pada Gambar 6.1
Hal ini
selaras dengan konsep curriculum theory dan the nature of curriculum
. Di dalam curriculum theory, kurikulum adalah seperangkat konsep bidang
pendidikan yang sistematis yang memperjelas gejala/ aspek kurikulum. Sedangkan the
nature of curriculum, menjelaskan konsep kurikulum sebagai berikut. Pertama,
istilah kurikulum meliputi kedua-duanya (rencana yang dibuat untuk pelajaran
dan pengalaman pelajaran yang nyata disajikan). Kedua, kurikulum
merupakan retrievable document, yang denotasinya meliputi kurikulum
berbasis perangkat lunak komputer maupun internet, juga yang merupakan hasil
perumusan kebijakan kurikulum, seperti yang lebih spesifik adalah rencana
pelaksanaan pembelajaran. .Ketiga, definisi kurikulum mencakup dua
dimensi dari aktualisasi kurikulum, yaitu kurikulum sebagai pengalaman dan
kurikulum yang dapat diamati.
Dalam hal
ini, KTSP merupakan suatu perencanaan yang dibuat untuk pelajaran sekaligus
berisi pengalaman pelajaran riil yang akan dilaksanakan di kelas. Hal ini juga
selaras dengan konsep pada curriculum theory, yang memposisikan
perencanaan teoritis dalam kurikulum sekolah adalah suatu yang utama. Wujud
konkret dari dari aplikasi teori ini bahwa dalam KTSP dikenal adanya Silabus
dan RPP dari SK/ KD yang dikembangkan pusat serta Silabus dan RPP dari SK/ KD
yang dikembangkan Sekolah.
- Dilihat dari acuan operasional penyusunan KTSP, maka KTSP disusun berdasarkan prinsip
- Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia
Keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia menjadi
dasar pembentukan kepribadian peserta didik secara utuh. Kurikulum disusun yang
memungkinkan semua mata pelajaran dapat menunjang peningkatan iman dan takwa
serta akhlak mulia
- Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik
Kurikulum disusun agar memungkinkan pengembangan
keragaman potensi, minat, kecerdasan intelektual, emosional, spritual, dan
kinestetik peserta didik secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.
- Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan
Daerah memiliki keragaman potensi, kebutuhan,
tantangan, dan keragaman karakteristik lingkungan, oleh karena itu kurikulum
harus memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan yang dapat
memberikan kontribusi bagi pengembangan daerah.
- Tuntutan pembangunan daerah dan nasional
Pengembangan kurikulum harus memperhatikan
keseimbangan tuntutan pembangunan daerah dan nasional.
- Tuntutan dunia kerja
Kurikulum harus memuat kecakapan hidup untuk
membekali peserta didik memasuki dunia kerja sesuai dengan tingkat perkembangan
peserta didik dan kebutuhan dunia kerja, khususnya bagi mereka yang tidak
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
- Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
Kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan
berkesinambungan sejalan dengan perkembangan Ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni.
- Agama
Kurikulum harus dikembangkan untuk meningkatkan
toleransi dan kerukunan umat beragama, dan memperhatikan norma agama yang
berlaku di lingkungan sekolah
- Dinamika perkembangan global
Kurikulum harus dikembangkan agar peserta didik
mampu bersaing secara global dan dapat hidup berdampingan dengan bangsa lain.
- Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan
Kurikulum harus mendorong wawasan dan sikap
kebangsaan dan persatuan nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
- Kondisi sosial budaya masyarakat setempat
Kurikulum harus dikembangkan dengan memperhatikan
karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian
keragaman budaya.
- Kesetaraan Jender
Kurikulum harus diarahkan kepada pendidikan yang
berkeadilan dan mendorong tumbuh kembangnya kesetaraan jender.
- Karakteristik satuan pendidikan
Kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan visi,
misi, tujuan, kondisi, dan ciri khas satuan pendidikan.
Adapun di
dalam curriculum theory dan the nature of curriculum menyangkut
pada peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kemampuan peserta didik, keragaman potensi dan karakteristik
daerah dan lingkungan, tuntutan dunia kerja, perkembangan iptek, dinamika
perkembangan global, persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan (idiologi
kebangsaan), kondisi sosial budaya masyarakat setempat (variable kulture),
kesetaraan jender (nondiskriminasi).
Penyusunan
visi, misi, dan tujuan satuan pendidikan dalam KTSP juga selaras dengan curriculum
theory dan the nature of curriculum, yang menyangkut (1) apa
yg hrs dicapai siswa berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
setelah mereka menamatkan sekolah (hasil belajar siswa), (2) suasana
pembelajaran seperti apa yg dikehendaki untuk mencapai hasil belajar itu
(suasana pembelajaran), (3) suasana sekolah yang seperti apa seperti apa yg
diinginkan untuk mewujudkan hasil belajar bagi siswa (sekolah sebagai lembaga/
organisasi pembelajaran).
3. Dilihat
dari komponen KTSP yang meliputi
- Tujuan Pendidikan Sekolah
- Struktur dan Muatan Kurikulum (mata pelajaran. Muatan lokal, Pengembangan Diri, Beban Belajar, Ketuntasan Belajar, Kenaikan Kelas dan kelulusan, Penjurusan, Pendidikan Kecakapan Hidup, Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global).
- Kalender Pendidikan
- Silabus dan RPP
Hal ini
juga selaras dengan komponen kurikulum yang ditawarkan the nature of
curriculum, yang meliputi hasil akhir kurikulum, kebijakan kurikulum,
bidang studi, program studi, bahan pengajaran, unit studi, pelajaran.
Analisisnya bahwa keempat komponen dalam KTSP tersebut merupakan hasil dari
kebijakan kurikulum baik yang merupakan hasil buatan guru, buatan sekolah
maupun buatan pemerintah. Di dalam tujuan pendidikan sekolah juga memuat
mengenai hasil akhir atau sasaran yang akan dicapai/ dikehendaki atas
pelaksanaan kurikulum tersebut. Kemudian di dalam Silabus dan RPP tercakup
bidang studi, program studi, bahan pengajaran, unit studi, pelajaran, dll.
Mata
pelajaran dalam KTSP berisi “Struktur Kurikulum Tingkat Sekolah” yang
disusun berdasarkan kebutuhan siswa dan sekolah terkait dengan upaya pencapaian
SKL. Hal ini senada dengan kedua teori diatas yang meyatakan bahwa kurikulum
harus disusun berdasarkan kebutuhan siswa dan sekolah. Adapun persamaan
pengembangan struktur kurikulum pada keduanya adalah terletak pada alokasi
waktu pembelajaran dan adanya jenis mata pelajaran muatan lokal dalam struktur
kurikulum sekolah.
Pemanfaatan
alokasi waktu tersebut mempertimbangkan potensi dan kebutuhan peserta didik
dalam mencapai kompetensi. Muatan lokal ini mencerminkan perlunya variable
budaya dan sosial dalam kurikulum. Dalam KTSP, muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler yang bertujuan untuk
mengembangkan kompetensi sesuai dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk
keunggulan daerah.
Adapun
pengembangan diri dan pendidikan kecakapan hidup dalam KTSP terkait dengan
kurikulum tersembunyi. Sebab keduanya tidak termasuk dalam struktur kurikulum
yang secara khusus direncanakan/ dibuat. Keduanya juga bukan mata pelajaran
sehingga tidak perlu dibuat SK, KD, dan Silabus. Pengembangan diri dalam KTSP
bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, bakat, minat peserta
didik, dan kondisi sekolah. Sedangkan pendidikan kecakapan hidup bertujuan
untuk membekali peserta didik dengan kecakapan personal, sosial, akademik dan
vokasional/ keterampilan.
4. Dilihat
dari Muatan/ Subtansinya
Substansi
KTSP memuat tiga aspek yang selaras dengan subtansi kurikulum yang dijelaskan dalam curriculum theory maupun the nature of curriculum, yaitu (1)
kognitif/ pengetahuan, menyangkut hal-hal yang sifatnya akademik (2) afektif/
sikap dan nilai, menyangkut pembentukan dan perubahan sikap dan pola tingkah
laku (3) psikomotorik/ keterampilan.
5.
Persamaan antara KTSP dengan curriculum theory maupun the nature of
curriculum adalah adanya tuntutan akan kebebasan dalam menentukan kurikulum
di sekolah oleh warga sekolah, adanya partisipasi guru; partisipasi keseluruhan
atau sebagian staf sekolah; rentang aktivitasnya mencakup seleksi (pilihan dari
sejumlah alternatif kurikulum), adaptasi (modifikasi kurikulum yang ada), dan
kreasi (mendesain kurikulum baru); perpindahan tanggung jawab dari pemerintah
pusat (bukan pemutusan tanggung jawab); proses berkelanjutan yang melibatkan
masyarakat; dan ketersediaan struktur pendukung (untuk membantu guru maupun
sekolah).
Kendala-
Kendala Pelaksanaan KTSP
- Guru-guru masih kekurangan informasi dan juga stimulus mengenai pengembangan kurikulum berbasis sekolah
- Dominasi kepala sekolah yang berlebihan atas keputusan pengembangan kurikulum
- Masih banyak guru-guru yang berpersepsi sebagai penerima-pasif pengambilan keputusan kurikulum.
- Persoalan keahlian pengembangan kurikulum warga sekolah, dimana masih banyak guru yang masih kekurangan pengetahuan dan pengalaman tentang pengembangan kurikulum.
Bahan bacaan :
Nana Syaodih Sukmadinata, 2005, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, Remaja Rosdakarya,
Bandung
Tim Pengembang MKDK, 2011, Kurikulum dan Pembelajaran, Rajawali Pers, Jakarta
Tersedia online di http://samadaranta.wordpress.com/2010/12/30/teori-kurikulum
Tersedia online di http://setia-unindra-bio2b.blogspot.com/2008/04/teori-kurikulum.html
tetap semangat y ibu.
BalasHapussaya senang dengan tautan ibu yang ada saat ini.
tetap majuterus bu
semangat.....!!!!!